
“Benci Tapi Rindu” : Uni Eropa Dan Sawit
Ibarat judul sebuah lagu “benci tapi rindu”. Uni Eropa sering mengungkapkan kebencian pada sawit namun masyarakat Uni Eropa ternyata masih tetap merindukan minyak sawit
Minyak sawit selalu mendapat sorotan dengan berbagai tudingan dari Uni Eropa (EU). Sejumlah isu mulai dari deforestasi, kebakaran hutan, emisi GHG, gambut dan lainnya selalu dikaitkan dengan sawit. Bahkan Parlemen Eropa pada awal Bulan April 2017 mengeluarkan Resolusi Sawit yang mengancam embargo sawit ke Eropa.
Tudingan Uni Eropa tersebut membuat masyarakat dan pemerintah Indonesia marah. Tidak hanya Menteri-Menteri terkait yang memprotes Uni Eropa, Presiden RI Joko Widodo dalam berbagai forum internasional seperti pada UE-ASEAN Meeting 2017 juga memprotes keras atas diskriminasi sawit di Uni Eropa.
Dibalik kegaduhan elite politik Uni Eropa terkait sawit, masyarakat Eropa sesungguhnya masih tetap merindukan minyak sawit. Hal ini terbukti dari kenaikan ekspor minyak sawit Indonesia ke Uni Eropa. Pada periode Januari-September tahun 2016 ekspor minyak sawit Indonesia ke Uni Eropa masih sebesar 2.96 juta ton, pada Januari-September tahun 2017 meningkat menjadi sebesar 3.86 juta ton atau naik sekitar 30 persen.
Mengapa Uni Eropa membenci namun merindukan sawit? Pertama, minyak sawit jauh lebih murah dan tersedia sepanjang tahun dibandingkan dengan minyak nabati yang lain. Sebagai konsumen yang rasional pastilah memilih produk yang lebih murah karena lebih hemat. Kedua, minyak sawit tidak mengandung asam lemak trans, sedangkan minyak kedelai, rapeseed dan sunflower mengandung asam lemak trans yang ditengarai penyebab penyakit jantung/pembuluh darah. Ketiga, minyak sawit mengandung anti oksidan seperti beta karoten, tokoferol yang bermanfaat sebagai anti kanker, anti kolesterol dan anti penuaan dini yang tentunya penting bagi masyarakat Eropa. Keempat, minyak sawit memiliki karakteristik kimia unggul yang sesuai dengan variasi kebutuhan berbagai macam industri pangan dan kelima, penggunaan minyak sawit di Eropa menciptakan kesempatan kerja bagi 117 ribu orang, dan pendapatan sekitar 5.8 milyar Euro setiap tahun bagi masyarakat Uni Eropa.
Ini ibarat judul sebuah lagu “benci tapi rindu”. Uni Eropa sering mengungkapkan kebencian pada sawit namun masyarakat Uni Eropa ternyata masih tetap merindukan minyak sawit.
Source : Indonesiakita.or.id