
Sawit Berkelanjutan & Komitmen Indonesia
Industri Sawit Indonesia memiliki aspek yang memenuhi pembangunan minyak nabati berkelanjutan
Diplomasi Sawit ke Uni Eropa menunjukkan perkembangan yang baik. Malaysia dan Indonesia juga memiliki agenda yang sama, untuk menjawab berbagai tekanan konsumen Eropa terhadap komoditas sawit.
Salah satu keberhasilan diplomasi tersebut adalah adanya kesunggguhan dan komitmen Indonesia dalam memenuhi tuntutan Sustainabilitas, dan program sertifikasi.
Sebelumnya, perlu digarisbawahi, bahwa World Commission on Environment and Development (WCED) dalam laporan tahunan 1987 (yang dikenal dengan Our Common Future) memperkenalkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yakni: “Sustainable development is development which meets the needs of the present without compromising the ability of future generation to meet their own needs”. Secara umum disepakati tiga pilar yang dinilai dapat memenuhi pembangunan berkelanjutan yakni berkelanjutan secara ekonomi, berkelanjutan secara sosial dan berkelanjutan secara lingkungan.
Tiga pilar dari pembangunan berkelanjutan yakni aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan tersebut kemudian diinterpretasikan/disesuaikan dengan suatu negara/sektor. PBB juga telah mengadopsi pembangunan berkelanjutan yang dikenal dengan Millennium Sustainable Goals (MSGs) 2015-2030 untuk menggantikan Millennium Development Goals (MDGs) yang sudah berakhir tahun 2015.
Pendekatan pembangunan berkelanjutan tersebut tampaknya begitu idealnya sampai-sampai setiap negara kesulitan mengimplementasinya. Faktanya sampai hari ini masyarakat internasional setiap tahun menghasilkan jutaan jenis komoditi, barang, dan jasa setiap tahun, baik yang diperdagangkan secara internasional maupun untuk konsumsi domestik setiap negara. Juga ada puluhan sektor-sektor pembangunan disetiap negara, namun tak satu komoditi dan sektor pembangunanpun memiliki tata kelola dan sertifikasi berkelanjutan.
Negara-negara maju (Barat) yang selama ini sangat intensif menyuarakan tata kelola berkelanjutan, sampai saat ini ternyata tak satu produk atau sektor pun yang memiliki tata kelola dan sistem sertifikasi berkelanjutan. Demikian juga dalam kelompok minyak nabati dunia. Dari 17 jenis minyak nabati dunia belum memiliki tata kelola dan sertifikasi berkelanjutan.
Source : Sawit.or.id