
Pasar Yang Bergeliat Belum Mampu Mendongkrak Harga CPO
SIARAN PERS
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)
Pasar Yang Bergeliat Belum Mampu Mendongkrak Harga CPO
Sepanjang Agustus 2018, volume ekspor minyak sawit Indonesia (CPO, PKO dan turunannya), oleochemical dan biodiesel kembali membukukan rekor tertinggi sepanjang sejarah ekspor bulanan Indonesia yaitu 3,3 juta ton atau naik 2% dibandingkan dengan ekspor Juli 2018 sebesar 3,22 juta ton. Khusus untuk minyak sawit (CPO, PKO dan turunannya) juga merupakan volume ekspor tertinggi sepanjang tahun 2018 yaitu mencapai 2,99 juta ton.
Meskipun Agustus ini Ekspor CPO dan produk turunannya mencatatkan volume tertinggi, secara year on year kinerja ekspor dari Januari – Agustus mengalami penurunan sebesar 2% atau dari 20,43 juta di Januari – Agustus 2017 turun menjadi 19,96 juta ton pada periode yang sama 2018. Permintaan pasar global yang tinggi akan minyak sawit masih belum mampu mengerek harga CPO global. Sebaliknya harga CPO global yang rendah dimanfaatkan oleh trader untuk membeli sebanyak banyaknya. Pembelian CPO dan produk turunannya Agustus ini paling tinggi dicatatkan oleh India sebesar 823 ribu ton, atau meningkat sekitar 26% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Ini merupakan volume tertinggi sepanjang sejarah perdagangan minyak sawit Indonesia dengan India.
Perselisihan dagang antara India dan Amerika Serikat sepertinya memberikan peluang pada minyak sawit Indonesia untuk memasok minyak nabati pengganti dari minyak kedelai. Juni lalu India menaikkan tarif bea masuk impor crude and refined products kedelai,bunga matahari, kacang tanah dan rapeseed masing-masing 35% untuk refined products dan 45% untuk crude grades.
Peningkatan impor CPO dan produk turunannya juga dibukukan oleh China sebesar 26%, Amerika Serikat 64%, Negara Afrika 19% dan Pakistan 7%. Di sisi berlawanan, Negara Uni Eropa mencatatkan penurunan impor CPO dan produk turunannya sebesar 10% dan diikuti Bangladesh sebesar 62%. Penurunan permintaan oleh Negara Uni Eropa karena masih tingginya stok minyak rapeseed dan minyak bunga matahari. Sementara Bangladesh mengalami penurunan yang drastis karena pada bulan sebelumnya telah melakukan impor yang tinggi sehingga stok menumpuk.
Di sisi produksi, sepanjang bulan Agustus 2018 produksi diprediksi mencapai 4,06 juta ton atau menurun sekitar 5% dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 4,28 juta ton. Penurunan produksi selain karena faktor iklim dan pola produksi bulanan juga kemungkinan disebabkan petani tidak memanen dengan maksimal karena harga yang rendah. Namun, secara year on year produksi CPO dan PKO dari Januari – Agustus 2018 mencapai 30,67 juta ton atau membukukan kenaikan sebesar 19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 25,85 juta ton.
Demikian juga halnya stok nasional masih cukup tinggi sehingga di beberapa tempat mempengaruhi perdagangan CPO/TBS. Beralih ke harga, sepanjang Agustus 2018 harga bergerak di kisaran US$ 542.50 – US$ 577.50 per metrik ton, dengan harga rata-rata US$ 557.50 per metrik ton. Ini merupakan harga terendah yang dibukukan sejak Januari 2016 lalu. Harga CPO global terus tertekan karena harga minyak nabati lain yang sedang jatuh khususnya kedelai dan stok minyak sawit yang cukup melimpah di Indonesia dan Malaysia.
Tingginya ekspor produk minyak sawit dan implementasi kewajiban B-20 belum mampu mengurangi penurunan stok minyak sawit secara signifikan di dalam negeri. Pemerintah diharapkan dapat mengakselerasi implementasi perluasan B-20 terhadap non-PSO yang diyakini dapat menyerap CPO di dalam negeri dalam jumlah signifikan jika implementasi berjalan sesuai dengan rencana.
Jakarta, 1 Oktober 2018
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)
Informasi lebih lanjut, hubungi:
Ir. Mukti Sardjono, M.Sc
Direktur Eksekutif GAPKI
Tel. 021-57943871, Fax. 021-57943872