
Serapan Biodiesel Dalam Negeri dan Menggeliatnya Ekspor, Kurangi Stok Minyak Sawit
SIARAN PERS
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)
Serapan Biodiesel Dalam Negeri dan Menggeliatnya Ekspor, Kurangi Stok Minyak Sawit
Perluasan mandatori biodiesel 20% (B20) kepada non-PSO sejak diberlakukan September 2018 sudah mulai menampak hasil positif berupa meningkatnya serapan CPO di dalam negeri untuk biodiesel. Sebelumnya serapan biodiesel dari Januari – Agustus hanya dikisaran 215 – 290 ribu ton per bulan, sejak September sudah mencapai 400 ribu ton dan pada Oktober ini mencapai 519 ribu ton. Pergerakan positif penyerapan CPO untuk biodiesel di dalam negeri tentunya membawa dampak pada stok CPO di dalam negeri. Apalagi saat ini implementasi perluasan B20 belum maksimal, perbaikan di sana sini sedang dilakukan, diharapkan dalam beberapa bulan ke depan serapan biodiesel akan maksimal. Salah satu perbaikan yang sedang dikerjakan adalah menurunkan jumlah titik serah FAME ke Pertamina dari 112 titik ke 25 titik saja. Jika serapan sudah maksimal maka diperkirakan tahun 2019 industri biodiesel akan menyerap 6 juta ton CPO. Optimisme Indonesia akan menjalankan B30 pada 2020 juga sangat kuat. Awal tahun 2019, roadtest untuk B30 akan dilaksanakan. Dengan serapan CPO yang semakin tinggi di dalam negeri, pasokan ke pasar global akan dapat berkurang.
Sejalan dengan peningkatan penggunaan dalam negeri, ekspor juga mengalami peningkatan. Sepanjang Oktober ini, volume ekspor minyak sawit Indonesia (CPO dan turunannya, Olechemical dan Biodiesel) tercatat naik 5% dibandingkan bulan sebelumnya atau dari 3,19 juta ton naik menjadi 3,35 juta ton. Sementara itu, volume ekspor CPO, PKO dan turunannya saja (tidak termasuk oleochemical dan biodiesel) mencapai 3,14 juta ton atau juga naik 5% dibandingkan pada September lalu yang hanya mampu mencapai 2,99 juta ton. Ekspor di bulan Oktober ini terdiri CPO sekitar 760,82 ribu ton atau sekitar 24% dari total volume ekspor dan sisanya sebanyak 2,34 juta ton atau 76% merupakan produk turunan atau olahan dari CPO. Sampai dengan Oktober 2018, Indonesia sudah mengekspor 4,9 juta ton CPO atau 18% dan produk turunan/olahan 21,17 juta ton atau 82%. Geliat pasar global ini terutama didukung oleh demand dari China yang meningkat sangat signifikan.
Oktober ini China meningkatkan impor minyak sawit dari Indonesia hingga 63% atau dari 332,52 ribu ton di September terkatrol menjadi 541.81 ribu ton. Volume impor ini diluar dari demand biodiesel. Khusus untuk biodiesel, China mulai mengimpor sejak Mei 2018. Total volume biodiesel yang diimpor China dari Indonesia periode Mei-Oktober 2018 telah mencapai 637,34 ribu ton. Angka ini merupakan suatu capaian yang sangat baik sejak China mulai mempromosikan penggunaan biodiesel dalam rangka mengurangi emisi gas rumah kaca. Pilot project B5 telah dilaksanakan di Shanghai dan akan terus dipromosikan secara luas di China. Program ini tentunya membuka peluang bagi pasar biodiesel berbasis CPO Indonesia untuk membuka pasar di China.
Naiknya impor minyak sawit China didorong oleh pengurangan pasokan kedelai oleh China dari Amerika sebagai efek dari perang dagang kedua negara raksasa tersebut. Selain itu pada awal Oktober China juga mulai mengeskalasi pelarangan impor rapeseed meal dari India untuk pakan ternak ruminansia dan unggas. Pelarangan ini tentunya membuka peluang Indonesia mengisinya dengan produk bungkil sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia dan unggas.
Kenaikan impor juga dicatatkan oleh Pakistan sebesar 76% atau dari 140,16 ribu ton melonjak menjadi 246,97 ribu ton. Oktober ini merupakan volume impor tertinggi sejak Oktober 2015. Melonjaknya permintaan oleh Pakistan karena harga yang murah dan untuk pengisian stok di dalam negeri dimana beberapa bulan terakhir impor minyak sawit Pakistan mengalami perlambatan akibat dari kondisi ekonomi Pakistan yang sedang kurang baik karena defisit neraca perdagangan yang tinggi.
Amerika Serikat menyusul China dan Pakistan dengan mencatatkan kenaikan impor meskipun secara volume tidak besar tapi secara persentase sangat signifikan yaitu 129% atau dari 58,20 ribu ton naik menjadi 133,46 ribu ton.
Di sisi lain, pada Oktober ini India mencatatkan penurunan sebesar 12% namun secara volume India tetap menjadi pengimpor minyak sawit tertinggi dari Indonesia. Oktober ini volume impor CPO dan produk turunannya oleh India hanya mampu mencapai 698,17 ribu ton, dimana bulan sebelumnya mencapai 779,44 ribu ton.
Penurunan impor juga diikuti oleh Negara Uni Eropa 8% dan negara Afrika 40%.
Di sisi produksi, sepanjang bulan Oktober 2018 produksi diprediksi mencapai 4,51 juta ton atau naik sekitar 2% dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 4,41 juta ton. Naiknya produksi yang tidak terlalu signifikan dibarengi dengan ekspor yang meningkat menyebabkan serta penggunaan untuk Biodiesel, stok minyak sawit Indonesia menurun menjadi kira-kira 4,41 juta ton.
Di sisi harga, sepanjang Oktober 2018 harga bergerak di kisaran US$ 512,50 – US$ 537,50 per metrik ton CIF Rotterdam, dengan harga rata-rata US$ 527.10 per metrik ton. Harga CPO global terus tertekan karena harga minyak nabati lain yang sedang jatuh khususnya kedelai dan stok minyak sawit yang masih cukup melimpah di Indonesia dan Malaysia
Jakarta, 30 November 2018
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)
Informasi lebih lanjut, hubungi:
Ir. Mukti Sardjono, M.Sc
Direktur Eksekutif GAPKI
Tel. 021-57943871, Fax. 021-57943872