web logo

SIARAN PERS
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)

Harga Minyak Sawit Mulai Menggeliat

Produksi minyak sawit Indonesia di bulan Juli naik 8% dibandingkan produksi bulan Juni. Hal ini terjadi karena pada bulan Juni terjadi kekurangan hari panen karena lebaran sehingga TBSnya terpanen di bulan Juli.

Volume ekspor produk minyak sawit bulan Juli naik 16% dibandingkan ekspor Juni. Kenaikan ekspor dijumpai di biodiesel (+93%), CPO (+52%), lauric oil (+23%), refined palm oil (+6%) sedangkan ekspor oleokimia turun (-18%). Penyakit flu babi Afrika, menurunkan crushing kedelai di China yang berdampak pada peningkatan impor minyak sawit dari Indonesia hampir 50% dari bulan Juni. Peningkatan ekspor yang besar juga terjadi ke Bangladesh (+264%), India (+77%) meskipun ada diskriminasi tarif, Afrika (+32%) dan negara lain (+41%), EU (+17%) sementara ekspor ke Amerika Serikat turun (-54%) dan ke Timur tengah juga turun (-43%). Secara total, ekspor bulan Juli naik 16% dari ekspor bulan Juni.

Ekspor biodiesel mencapai 187 ribu ton dan sekitar 140 ribu ton (75%) diekspor ke China sementara ekspor eleokimia mengalami penurunan 8% dari ekspor bulan Juni. Konsumsi lokal minyak sawit untuk keperluan pangan pada bulan Juli menurun 6%. Hal ini disebabkan pada bulan Mei industri menyiapkan stok produk untuk lebaran yang jatuh pada awal Juni sehingga pemakaian minyak sawit untuk pangan pada bulan Mei tinggi (955 ribu ton). Pada bulan Juli, industri pangan cenderung mengeluarkan stok kelebihan produksi yang dipersiapkan untuk lebaran. Konsumsi minyak sawit untuk oleokimia meningkat 6% dibandingkan dengan bulan Juni tetapi relatif sama dengan bulan Mei.

Dengan situasi produksi dan konsumsi tersebut, stok minyak sawit Indonesia pada bulan Juli menjadi 3,5 juta ton atau sekitar 2,7 kali konsumsi lokal bulanan. Harga rata-rata CPO CIF Rotterdam bulan Agustus mencapai USD 541 per metrik ton yang merupakan rata-rata bulanan tertinggi sejak Maret 2019. Namun, harga minyak sawit masih menunjukkan tren yang menurun sejak Januari 2017. Tren menurun yang sudah cukup panjang cukup merisaukan produsen. Perang dagang Amerika Serikat dan China menyebabkan stok kedelai di Amerika meningkat, petani serta pemerintah Amerika berusaha mencari pasar pengganti China sementara produsen minyak sawit, karena sifat alami tanaman tahunan, tidak mampu menahan produksinya dan harus menjual ke pasar.

Terobosan yang akan diambil pemerintah Amerika Serikat untuk mengurangi stok kedelai, keberhasilan China untuk menangani masalah flu babi Afrika dan melonjaknya harga daging babi serta implementasi B20 dan B30 di Indonesia akan sangat menentukan keseimbangan minyak nabati yang pada akhirnya menentukan perubahan harga minyak sawit ke depan. Terlepas dari ramalan harga minyak sawit, pengalaman yang lalu mendesak Indonesia untuk segera meningkatkan produktivitas, melakukan efisiensi produksi agar biaya produksinya menjadi kompetitif. Indonesia perlu segera merumuskan mekanisme yang memungkinkan pengaturan stok dan pasokan ke pasar dunia agar dapat lebih menentukan harga yang terbentuk di pasar.

Sumber : diolah dari BPS, GAPKI, APROBI, GIMNI, APOLIN, AIMMI, BPDPKS

Jakarta, 17 September 2019
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)

Informasi lebih lanjut, hubungi:

Ir. Mukti Sardjono, M.Sc
Direktur Eksekutif GAPKI
Tel. 021-57943871, Fax. 021-57943872



Halaman dilihat : 46
EnglishIndonesia