
Bau Diskriminasi Sawit Eropa Mulai Tercium Kembali
Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan, untuk memperbaiki perekonomian Indonesia dan Eropa, tidak boleh ada proteksionisme dan kebijakan perdagangan yang diskriminatif. Terlebih dengan ‘kedok’ perlindungan lingkungan.
Ia mengatakannya dalam pembukaan Indonesia-Europe Business Forum, Selasa, 1 Maret 2022.
“Indonesia tidak akan menerima proteksionisme dan kebijakan perdagangan yang diskriminatif, dengan kedok perlindungan lingkungan,” katanya.
“Kita perlu membangun pertukaran berdasarkan keadilan, kepercayaan, dan keuntungan bersama, sambil menyelesaikan masalah,” tegasnya.
Pernyataan Retno tersebut menyindir diskriminasi yang terus terjadi pada produk sawit Indonesia. Pekan lalu, dalam pertemuan dengan negara Uni Eropa di Prancis, Retno mengungkapkan hal yang sama.
“Saat bertemu dengan kolega-kolega saya di Uni Eropa atau dari Eropa saya selalu mengangkat keprihatinan Indonesia terhadap yang masih terus terjadi terhadap produk kelapa sawit Indonesia,” kata Retno Rabu lalu.
Ia menambahkan, yang terbaru adalah terkait dengan aturan produk bebas deforestasi yang diterapkan Uni Eropa.
“Hal ini memiliki potensi berdampak pada ekspor komoditas pertanian Indonesia,” serunya.
Pada 17 November lalu, Uni Eropa memutuskan untuk melarang impor makanan dan kayu dari wilayah-wilayah yang mengalami deforestasi atau pembabatan hutan. Langkah ini untuk memastikan kelestarian alam dan kehidupan manusia di masa mendatang.
Manuver itu mengharuskan perusahaan kedelai, daging sapi, minyak sawit, kakao, kopi, dan produk kayu wajib mendapatkan sertifikat “bebas deforestasi” sebelum melakukan ekspor ke Benua Biru.
Untuk memperoleh sertifikat itu, dua kriteria harus dipenuhi. Kriteria tersebut adalah sesuai dengan hukum negara asal dan juga tidak diproduksi di lahan yang terdeforestasi. (FJR)
Sumber: medcom.id | Diskriminasi Sawit Diungkit Kembali dalam Indonesia-Europe Business Forum 2022