Skip to content

Industri Sawit : Berfungsi Pembersih dan Pelindung

Proses produksi dan produk minyak sawit berfungsi membersihkan dan melindungi lingkungan

Jika kita mendengar “minyak sawit”, yang terlintas dibenak kita mungkin adalah minyak goreng saja. Itu memang benar, tapi sesungguhnya penggunaan minyak sawit sudah sangat luas di seluruh dunia. Produk-produk yang sering dijumpai/digunakan seperti sabun cuci, sabun mandi, deterjen, pasta gigi, shampoo, body lotion, handwash, produk kecantikan, produk farmasi, pelumas, minyak gemuk, biodiesel dan lain-lain merupakan produk yang menggunakan minyak sawit. Kini ratusan produk terbuat dari minyak sawit.

gapki-today

Indonesia memang beruntung, Tuhan menganugerahi industri “ajaib” bernama industri minyak sawit. Industri minyak sawit yang mencakup kebun sawit dan industri pengolahan (hilir) memiliki banyak fungsi dalam kehidupan manusia di bumi ini. Di bawah ini akan dibahas mengenai dua fungsi dari industri sawit, yakni fungsi pembersih dan fungsi pelindung.

Selain memiliki fungsi ekonomi, kebun sawit secara ekologis juga berfungsi sebagai pembersih dan pelindung. Fungsi pembersih yang dimaksud adalah pembersih udara kita. Sebagaimana diketahui, setiap hari masyarakat mengeluarkan polusi karbondioksida ke udara dari kendaraan bermotor, pabrik-pabrik dan lain-lain. Melalui fotosintesis tanaman kelapa sawit, karbondioksida tersebut dibersihkan menjadi oksigen yang kita perlukan setiap hari. Manusia dan hewan tidak memiliki kemampuan untuk membersihkan hal seperti itu, hanya tanaman termasuk kelapa sawit yang memiliki kemampuan untuk membersihkan udara yang demikian.

Selain berfungsi sebagai pembersih udara, kebun sawit juga berfungsi untuk melindungi tanah dari pukulan langsung air hujan. Lahan jika dibiarkan terbuka tanpa pelindung, saat hujan datang, lahan akan tererosi sehingga lahan akan rusak. Kebun sawit adalah “payung” yang melindungi tanah. Pelepah/daun kelapa sawit yang rimbun dan berlapis mampu menutupi lahan (canopy cover) sampai 95 persen. Hal ini ditambah lagi dengan rerumputan dan serasah dibawah pohon sawit. Fungsi pelindung lahan tersebut berlangsung dari tahun ke tahun sampai pohon sawit  diremajakan yakni umur 25 tahun.

Produk minyak sawit seperti sabun, deterjen, shampoo, handwash dan pasta gigi yang kita gunakan sehari-hari juga berfungsi sebagai pembersih. Kotoran-kotoran yang menempel di pakaian, rambut, kulit, telapak tangan dan gigi, dengan menggunakan produk dari sawit tersebut, dibersihkan sehingga menjadi bersih dan segar. Dapat dibayangkan jika produk-produk pembersih yang demikian tidak tersedia maka kita mandi tanpa sabun, tanpa shampoo, tanpa odol dan seterusnya.

Ada lagi produk dari minyak sawit yang berfungsi sebagai pelindung, yakni pelumas dan gemuk mesin bagi semua mesin-mesin. Bagi yang memiliki sepeda motor dan mobil, setidaknya tiap bulan dianjurkan untuk mengganti oli (pelumas) agar kendaraannya awet, lancar dan tidak mudah rusak. Demikian juga mesin-mesin pabrik, menggunakan pelumas untuk melindungi mesin-mesin agar tidak cepat rusak.

Penggunaan minyak sawit yang akhir-akhir ini makin populer adalah biodiesel dari sawit. Secara ekologis, penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar pengganti solar fosil sangat penting untuk perlindungan lingkungan global. Pemanasan global (global warming) dan akibatnya pada perubahan iklim global (climate change) bukan hanya menjadi buah bibir tapi sudah mengancam kehidupan di bumi. Pemanasan global tersebut disebabkan oleh polusi karbondioksida ke udara terutama dari penggunaan minyak bumi termasuk solar yang terlalu banyak.

Selain itu, polusi belerang (sulfur) dari solar juga cukup besar ke udara sehingga menimbulkan apa yang disebut hujan asam (acid rain). Hujan asam ini bersifat racun dan korosif yang merusak atap rumah (dari seng) dan merusak hutan-hutan di sub-tropis setiap tahun.

Untuk mengurangi polusi tersebut, solar perlu dikurangi dan diganti dengan biodiesel (biosolar). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengganti solar dengan biodiesel sawit dapat mengurangi polusi karbondioksida solar sampai 50-60 persen. Selain itu, bodiesel juga tidak menghasilkan polusi sulfur (seperti solar) sehingga mengurangi terjadinya hujan asam.

Source : Indonesiakita.or.id

Post View : 2097
EnglishIndonesia