
Hambat Sawit, Hutan Dunia Akan Hilang Lebih Dari 340 Juta Hektar
Menuju 2050, jika masyarakat dunia mendukung ekspansi sawit, dunia hanya kehilangan hutan kurang dari 34 juta hektar. Namun jika dunia tidak memilih sawit sebagai sumber minyak nabati dunia, dunia akan kehilangan hutan lebih dari 340 juta hektar bahkan lebih
Konsumsi minyak nabati dunia akan meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Konsumsi per kapita tertinggi minyak nabati (di luar biofuel) saat ini terjadi di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Utara yang mencapai sekitar 37 Kg. Diperkirakan (diharapkan) tingkat konsumsi negara maju tersebut tidak akan bertambah lagi kedepan.
Masyarakat India dan Cina yang merupakan 50 persen penduduk dunia konsumsi per kapitanya masih tergolong rendah yakni sekitar 20 Kg. Dan seiring dengan peningkatan pendapatan di kedua negara tersebut konsumsi minyak nabati per kapita akan mendekati tingkat konsumsi negara maju (saat ini) menjelang tahun 2050.
Dengan proyeksi jumlah penduduk dunia menuju 2050 akan mencapai sekitar 9.2 miliar orang, maka masyarakat dunia memerlukan 340 juta ton minyak nabati atau tambahan kebutuhan sekitar 170 juta ton minyak nabati dunia dari saat ini. Tambahan minyak nabati sebesar itu akan lebih besar jika penggunaan minyak nabati untuk biofuel meningkat lebih cepat dari yang diperkirakan. Bagaimana menyediakan tambahan kebutuhan minyak nabati dunia tersebut?
Dunia memiliki sekitar 17 jenis minyak nabati. Namun 15 jenis diantaranya (termasuk minyak rapeseed, minyak bunga matahari) sulit diharapkan untuk ditingkatkan produksinya akibat keterbatasan ruang dangenetic make–up. Sehingga tumpuan utama sumber peningkatan produksi minyak nabati dunia hanyalah dari minyak kacang kedelai (khususnya dari Amerika Selatan) dan minyak sawit (daerah tropis). Pertanyaan adalah, masyarakat dunia pilih peningkatan produksi minyak kedelai atau minyak sawit?
Jika masyarakat dunia memilih peningkatan produksi minyak kedelai, maka dengan produktivitas minyak kedelai 0.5 Kg per hektar tambahan area kebun kedelai dunia yang diperlukan adalah 340 juta hektar. Sedangkan jika masyarakat dunia memilih peningkatan produksi minyak sawit, maka dengan produktivitas minyak sawit 5 ton per hektar saja, tambahan areal kebun sawit dunia cukup 34 juta hektar lagi. Mana lebih baik bagi dunia?
Jika kita memilih ekspansi kedelai, maka diperlukan kebun-kebun kedelai baru di Amerika Selatan khususnya di Brazil, Argentina dan negara sekitarnya. Ekspansi kebun kedelai di Amerika Selatan tersebut berarti terpaksa mengkonversi hutan (deforestasi) seluas 340 juta hektar lagi dari saat ini. Namun jika melalui ekspansi sawit, deforestasi yang terjadi cukup 34 juta hektar lagi di Indonesia, Afrika Tengah dan Papua Nugini.
Masyarakat dunia pilih mana, kehilangan hutan tropis Amerika Selatan seluas 340 juta hektar atau kehilangan hutan tropis 34 juta hektar di Indonesia, Afrika Tengah dan Papua Nugini? Tentu untuk pelestarian lingkungan global, masyarakat dunia akan memilih pilihan dengan kehilangan hutan lebih kecil yakni 34 juta hektar (ekspansi sawit). Apalagi kemungkinan meningkatkan produktivitas minyak sawit masih terbuka sehingga dapat lebih menghemat deforestasi.
Jika begitu, jangan kita ganggu sawit. Sebaliknya perlu dihargai dengan bersedia membayar harga produk sawit lebih baik sehingga keuntungan produsen kebun memadai untuk membiayai peningkatan produktivitas. Bila produktivitas sawit naik, mungkin dunia tidak perlu kehilangan 34 juta hektar hutan. Sebaliknya jika sawit dihambat, deforestasi global lebih dari 340 juta hektar terpaksa terjadi untuk memenuhi tambahan kebutuhan minyak nabati dunia. Masyarakat dunia akan kehilangan hutan di Amerika Selatan yang lebih besar lagi.
Source : Indonesiakita.or.id