Pemanfaatan biomas sawit untuk menghasilkan biopremium merupakan energi terbarukan yang layak dikembangkan Indonesia

Saat ini pemerintah sedang berupaya mengembangkan energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil yang akan habis dan mengotori lingkungan. Kebutuhan bahan bakar premium (fosil) di Indonesia meningkat rata-rata 10 persen per tahun. Saat ini sekitar 35 juta kilo liter premium diperlukan setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar kendaraan bermotor yang terus bertumbuh setiap tahun.

gapki-biopremiumsawit

Untuk memenuhi kebutuhan premium setiap tahun, sekitar 60-70 persen dari konsumsi masih kita impor sehingga selain menguras devisa negara yang cukup besar juga membuat ketergantungan pada impor.

Selain itu, premium yang merupakan bahan bakar minyak fosil, yang akan habis suatu saat juga menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang mengotori atmosfir bumi. Oleh karena itu premium fosil bukanlah sumber energi yang bekelanjutan. Untuk membangun ketahanan energi yang berkelanjutan kita perlu beralih kepada sumber energi yang berkelanjutan, yakni dapat diperbaharui (renewable), rendah emisi GRK, berbasis sumberdaya domestik agar hemat devisa serta tidak tergantung pada negara lain.

Salah satu alternatif energi berkelanjutan adalah biopremium dari biomas sawit. Selama ini, kita mungkin hanya mengetahui bahwa kebun sawit adalah penghasil minyak sawit (CPO). Sesungguhnya selain menghasilkan minyak sawit, kebun sawit juga menghasilkan biomas yang cukup besar sebagai produk bersama (joint product) dari minyak sawit. Biomas tersebut khususnya tandan kosong sudah terkumpul di sekitar PKS sehingga tidak memerlukan biaya pengumpulan yang terlalu besar.

Berbagai studi mengungkapkan bahwa secara umum, setiap hektar kebun sawit menghasilkan sekitar 16 ton biomas (bahan kering) setiap tahun berupa tandan buah kosong, cangkang, serat buah, pelepah dan daun serta batang pohon sawit yang direplanting. Sehingga dengan luas kebun sawit Indonesia saat ini sekitar 11 juta hektar menghasilkan sekitar 176 juta ton biomas setiap tahun.

Dengan teknologi (secara kimia, fisik, biologis) biomas tersebut dapat diolah menjadi bioetanol (biopremium). Pengalaman perusahaan KL Energy Corporation di USA misalnya setiap ton bahan kering biomas dapat menghasilkan sekitar 150-170 liter etanol. Sehingga potensi produksi etanol dari biomas sawit dapat menghasilkan sekitar 26 juta kilo liter setiap tahun.

Jika potensi tersebut dapat dimanfaatkan maka dapat menggantikan sekitar 70 persen kebutuhan Premium nasional yang kita impor selama ini. Dengan produksi dalam negeri premium 30 persen etanol dari biomas sawit dapat membuat Indonesia swasembada premium. Produksi Premium asal kebun sawit ini jelas membangun kemandirian energi secara berkelanjutan kerena dapat diperbarui, rendah emisi, berbasis pada sumberdaya domestik, tidak diimpor sehingga tidak menciptakan ketergantungan pada negara lain.

Pemanfaatan biomas sawit untuk etanol tersebut tidak mengganggu produksi minyak sawit, kerena merupakan produk bersama kebun sawit. Peningkatan produksi minyak sawit umumnya disertai juga dengan peningkatan produksi biomas sawit.

Source : Sawit.or.id

EnglishIndonesia