Skip to content

Sumarjono Saragih : Bisnis Bunuh Diri

Ber-bisnis adalah profesi yang bisa dipelajari. Bukan bawaan lahir. Setidaknya itu petuah dari Dr Ciputra. Pengusaha senior dan sukses. Tentu orang yang lahir dan besar di lingkungan, komunitas dan keluarga pebisnis adalah satu keberuntungan. Tapi tak sedikit orang jadi pebisnis hebat buah dari ide dan kreatifitas.

Namun berbisnis tanpa hikmat (wisdom) juga bisa fatal. Bahkan bisa berujung bunuh diri atau terbunuh di pasar. Akumulasi data, informasi dan pengetahuan akan menjadi wisdom. Wisdom yang dieksekusi dengan nilai (value) bahkan membuat Tuhan dan alam semesta turut mendukungnya.

Satu contoh terbaru, pengusaha tanpa hikmat. Pengusaha makanan ringan. Diproduksi dalam negeri. Diberi merek beken berbahasa Inggris. “Original Cheese Sticks” namanya. Diklaim sebagai produk “home made; healty products”. Usaha rumahan dan sehat. Tentu kita dukung dan juga butuh. Namun dengan membuat tambahan keterangan “palm oil free” yang bersanding dengan “healty products” adalah sumber petaka. Kok bisa? Apakah ada yang salah?

Mari kita kupas dari 2 perspektif. Satu; kita sepakat memiliki hak dan kebebasan memilih minyak nabati sesuai preferensi. Namun tidak memilih minyak sawit dengan rangkain kata dan kalimat penolakan, tentu kita lawan. Penggunaan kata ‘healthy products; palm oil free’ adalah tikaman langung ke industri sawit. Bisa dimaknai “makanan kami sehat, karena tidak menggunakan minyak sawit”. Apa ukuran klaim “produk anda sehat tanpa sawit”? Apa pula bukti dan ukuran bahwa “sawit tidak sehat”. Sebuah penyesatan sekaligus sikap egoisme. Dia mau hidup dengan membunuh pekebun dan buruh sawit sekaligus.

Kedua, secara bisnis bisa sebuah strategi konyol. Kok bisa? Menjual produk dengan label “haram sawit” di pasar Indonesia. Untuk diketahui, Indonesia produsen sawit terbesar dunia. Melibatkan 16 juta pekerja. Bila setiap pekerja memiliki tanggungan 2 orang, artinya ada 48 juta calon pembeli yang hidupnya dari sawit. Itu sama saja masuk rumah penjagalan. Kehilangan pasar besar (48 juta calon pembeli) sekaligus bersiap dibantai komunitas sawit. Sama artinya mengabaikan informasi dan peringatan, malah berdiri di pantai menanti tsunami.

Pesan moralnya “Buatlah produk hebat dan gunakanlah hikmat maka alam semesta akan menjadi teman anda menuju sukses”.

Ini pendapat saya. Apa pendapat anda? Semangat Merdeka

Sumarjono Saragih
Ketua GAPKI Bidang Ketenagakerjaan

Post View : 991
EnglishIndonesia