
Zero Burning Policy: Komitmen GAPKI Membuka Lahan Tanpa Membakar
“Gapki menerapkan peraturan ketat dengan membuka lahan tanpa membakar (zero burning policy). Untuk mitigasi dilapangan Gapki berinisiatif membentuk divisi fire protection, disetiap perusahaan perkebunan anggota dan membangun 560 desa siaga api.”
Di tahun 2019 Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memastikan musim kemarau masih berlangsung hingga akhir Oktober. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mencatat lebih dari 300.000 hektar dengan 2700 titik panas (hotspot) sepanjang periode Januari – Agustus 2019. Titik rawan karhutla tersebar luas diberbagai wilayah Indonesia berdasarkan data Global Forest Watch (GFW) 1 July 2019 – 24 Oktober 2019 di seluruh Indonesia.
Kebakaran didalam konsesi sawit 7%, sedangkan diluar konsensi mencapai 80%. Peranan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dalam memitigasi bencana Karhutla baik didalam maupun diluar konsesi sangatlah penting, melalui komitmen yang berkelanjutan. Gapki menaruh perhatian besar pada karhutla dengan mendukung sepenuhnya upaya pemerintah untuk menuntaskan karhutla.
Gapki menerapkan peraturan ketat dengan membuka lahan tanpa membakar (zero burning policy). Untuk mitigasi dilapangan Gapki berinisiatif membentuk divisi fire protection, disetiap perusahaan perkebunan anggota dan membangun 560 desa siaga api. Dengan dukungan & kerjasama masyarakat, Gapki berkomitmen untuk sepenuhnya membangun industri sawit yang berkelanjutan melalui Indonesia Sustainable Palm Oil/ISPO dan memastikan semua inisiatif dilakukan dengan masyarakat sehingga ada keikutsertaan masyarakat secara penuh
Kebijakan dan inisiatif Gapki juga dilaksanakan oleh masing-masing anggota. Melalui beragam kegiatan-kegiatan ini, meliputi pencegahan dan penanganan karhutla. Dibidang pencegahan, anggota Gapki membangun inisiatif berbasis masyarakat, seperti pembentukan masyarakat peduli api, program nelayan bebas api dan berbagai inisiatif lainnya. Dibidang penanganan, baik Gapki dan seluruh anggotanya banyak mengambil upaya intensif pada saat musim kemarau dan pada saat terjadi bencana karhutla seperti pembagian masker kepada masyarakat luas, pemberian bantuan air bersih untuk atasi kekeringan, pembuatan kantong-kantong air, pembuatan sekat bakar dan pemadaman api.
Dengan pemberdayaan masyarakat, terciptalah kesadaran masyarakat mengenai karhutla dan swadaya masyarakat, untuk pemetaan titik rawan api, pembentukan satuan siaga karhutla patroli api dan pemadaman api jika terjadi karhutla.
Ini adalah tujuan terpenting dari kebijakan mitigasi karhutla Gapki yaitu menjadikan masyarakat sebagai kunci mitigasi karhutla.