BBM Mendadak Naik.. Buruh Sawit Kena Imbasnya Juga

Pekanbaru – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, Bio Solar (subsidi) dan Pertamax membuat para buruh di perkebunan kelapa sawit mengeluh.

Pasalnya, kenaikan harga BBM ini juga tidak diikuti dengan naiknya harga upah. Hal ini tentu membuat pendapatan para buruh menjadi semakin berkurang, meskipun tidak begitu besar.

“Upah panen tetap. Kalau untuk yang panen masih bisa lah, gak pakai bensin. Tapi untuk yang melangsir dari kebun ke jalan raya, pengaruh lah. Karena kita melangsir pakai kendaraan, butuh bensin,” kata Egi, salah seorang buruh sawit di Kabupaten Rokan Hulu, Riau kepada elaeis.co, Rabu (7/9).

Dia mengatakan bahwa saat ini upah panen sekaligus melangsir sawit ke jalan raya masih berada di angka Rp200 ribu hingga Rp250 ribu per ton.

“Sekarang harga sawit bergeraknya masih segitu-gitu aja. Kalau harganya seperti dulu, Rp 3 ribu lebih, baru lah kita bisa minta tambah. Kalau harga sekarang belum bisa lah kita minta tambah,” ujarnya.

Sementara itu, Ari, salah seorang petani sawit di Desa Rambah Muda, Kecamatan Rambah Hilir, Kabupaten Rokan Hulu, juga mengaku belum menaikkan upah untuk pekerja di kebun sawit miliknya.

“Kalau untuk upah belum berubah. Biasanya saya kasih Rp250 ribu per ton. Harga pun masih tetap ini, masih Rp2.000 lebih di pabrik. Kebetulan saya jual langsung ke pabrik,” kata dia.

Diketahui, pemerintah telah resmi menaikkan harga BBM sejak Sabtu (3/9) siang. Di mana harga Pertalite dari Rp 7.650 per liter naik menjadi Rp 10.000 per liter. Kemudian harga Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter naik menjadi Rp 6.800 per liter. Dan harga Pertamax dari Rp 12.500 naik menjadi Rp 14.500 per liter.

Sumber: elaeis.co | ilustrasi gambar melalui oto.detik.com

EnglishIndonesia