
Memaknai Barter Sukhoi Rusia dengan Minyak Sawit
Barter CPO-Sukhoi bukan sekadar barter saja, melainkan bagian dari branding, penetrasi dan penguatan posisi tawar minyak sawit Indonesia di daratan Eropa
Diplomasi perdagangan RI ke Rusia yang dipimpin Menteri Perdagangan RI pada awal Bulan Agustus 2017 menghasilkan kesepakatan awal (MOU) antara lain rencana perdagangan barter pesawat tempur Sukhoi Rusia dengan minyak sawit Indonesia. Sepintas rencana barter tersebut hanya soal biasa-biasa saja. Seperti diberitakan di berbagai media online di Indonesia, CPO Indonesia dihargai senilai pesawat tempur canggih Sukhoi. Setidaknya barter tersebut berkebalikan dengan barter pesawat buatan Indonesia dengan beras ketan Thailand pada masa Orde Baru.

Makna barter minyak sawit dengan Sukhoi tersebut sebetulnya tidak sekadar imbal beli komoditi/produk. Lebih dari itu perlu dilihat dalam konteks membangun dan meningkatkan penetrasi pasar minyak sawit Indonesia ke kawasan Rusia khususnya dan Eropa umumnya.
Sebagaimana diketahui beberapa tahun terakhir ini minyak sawit Indonesia menghadapi tekanan bertubi-tubi dari Uni Eropa yang kaya, rewel dan maunya menang sendiri. Meskipun sampai hari ini tekanan UE tersebut belum berpengaruh signifikan pada impor minyak sawit ke EU, dalam jangka panjang perlu diantisipasi. Dalam konteks perdagangan RI-EU perlu dibangun kekuatan posisi tawar sehingga tidak seenaknya EU mempermainkan minyak sawit dengan berbagai isu miring dan kebijakan yang merugikan.
Adanya Rusia dan sekitarnya sebagai alternatif pintu masuk minyak sawit ke daratan Eropa, akan melemahkan posisi tawar EU sekaligus meningkatkan posisi tawar Indonesia. Apalagi selama ini, Rusia hampir tidak pernah mau menari dengan ” irama gendang EU”, maka isu-isu negatif sawit yang digulirkan EU seperti selama untuk menjegal sawit masuk Eropa , akan “dilawan” Rusia.
Perdagangan barter CPO – Sukhoi tentu tidak berhenti pada barter saja. Para pengusaha sawit kita diharapkan segera melanjutkannya dengan investasi patungan hilirisasi minyak sawit di Rusia. Hilirisasi tersebut akan memperkuat penetrasi minyak sawit Indonesia bukan hanya ke Rusia dan negara-negara eks USS Rusia tetapi juga kedaratan Eropa secara umum.
Apapun kelanjutan barter tersebut, misi dagang yang dipimpin oleh Pemetintah seperti ke Rusia ini perlu diapresiasi dan dilanjutkan ke negara-negara/kawasan lain yang potensial menjadi tujuan ekspor sawit Indonesia. Diversifikasi pasar ekspor keberbagai negara perlu diintensifkan untuk mengantisipasi peningkatan produksi minyak sawit Indonesia kedepan.
Sebagai raja minyak sawit dunia, Indonesia harus lebih proaktif mempromosikan industri minyak sawit ke seluruh dunia. Kita harus melakukan branding ke dunia sebagai raja minyak sawit. Banyak negara dan masyarakat dunia yang belum mengenal seperti apa kebun sawit yang adalah pohon sawit yang juga memiliki fungsi ekologis seperti pohon hutan. Tuduhan negatif terhadap sawit selama ini khususnya dari negara-negara Barat sebagian karena kurang memahami kebun sawit itu sendiri.
Source : Sawit.or.id
Picture by Google