
Tuduhan Dumping dan Subsidi Biodiesel Amerika Serikat
Tuduhan Amerika Serikat bahwa biodiesel sawit melakukan praktik dumping atau memperoleh subsidi dari Pemerintah tidak didukung fakta. Sebaliknya, Amerika Serikat justru memberikan subsidi besar biodiesel kedelainya sekitar 61-72 persen dari harga eceran biodiesel
Akhir Bulan Agustus 2017 lalu, Amerika Serikat merencanakan memberlakukan kebijakan anti dumping berupa Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) atas biodiesel sawit dari Indonesia. Besarnya tarif BMAD yang direncanakan berlaku mulai bulan Oktober 2017 berkisar 40-70 persen. Jika kebijakan protektif tersebut benar-benar dilaksanakan akan mengancam ekspor biodiesel sawit ke negara Paman Sam tersebut.
Rencana pemberlakuan BMAD impor biodiesel sawit tersebut dilatarbelakangi tuduhan paraktik dumping biodiesel sawit. Dalam konsep ekonomi dalam perdagangan internasional, disebut praktek dumping jika suatu negara menjual suatu produk dengan harga yang lebih murah di pasar ekspornya dibandingkan dengan harga jual didalam negeri. Daalam kasus biodiesel, apakah harga jual biodiesel murni (B100) sawit di pasar Amerika Serikat lebih murah dibandingkan harga jual biodiesel tersebut di Indonesia.
Jika mengacu pada harga biodiesel (B100) di Indonesia, dalam tahun 2016 misalnya harga rataan biodiesel di Indonesia adalah Rp 8.183 per liter. Jika dihitung pajak/pungutan ekspor biodiesel dan biaya pengangkutan (c.i.f) ke pelabuhan Amerika Serikat (landed price) maka harga biodiesel sawit Indonesia adalah sekitar Rp 9.410 per liter. Sementara harga eceran biodiesel kedelai (B100) di pasar Amerika Serikat tahun 2016 rata-rata Rp 10.534 per liter.
Jadi dari gambaran harga tersebut jelas hampir tidak mungkin Indonesia melakukan praktik dumping. Sebab tidak mungkin produsen biodiesel menjual biodiesel di Amerika Serikat dibawah harga di Indonesia (Rp 8.183) karena pasti rugi. Bahwa harga biodiesel sawit di Indonesia lebih rendah dengan harga biodiesel kedelai di pasar USA, wajar saja. Dari segi bahan baku saja biodiesel kedalai sudah kalah. Produktivitas minyak sawit berkisar 5 ton minyak per hektar sementera produktivitas kedelai hanya sekitar 0.6 ton minyak per hektar. Demikian juga biaya produksinya pasti lebih murah biodiesel sawit dibanding dengan biodisel kedelai.
Kalau mau jujur dan adil, tuduhan subsidi biodiesel sebetulnya lebih tepat dituduhkan pada biodiesel kedalai Amerika Serikat. Menurut Studi The Global Subsidies Initiative, mengungkap bahwa Amerika Serikat selama 2006-2016 memberikan subsidi biodiesel kedelai sekitar 15-17.6 milyar dollar Amerika Serikat atau sekitar 1.5-1.7 milyar dollar setiap tahun. Studi tersebut juga mengungkap bahwa besarnya subsidi biodiesel kedelai adalah sekitar 61-72 persen dari harga eceran biodiesel kedelai. Artinya jika tidak ada subsidi, harga eceran biodiesel kedalai (B100) tahun 2016 di pasar Amerika Serikat adalah sekitar Rp 17.000 per liter.
Dengan demikian, tuduhan Amerika Serikat bahwa biodiesel sawit melakukan praktik dumping tidak didukung fakta. Demikian juga bahwa biodiesel sawit memperoleh subsidi dari Pemerintah Indonesia juga tidak didukung fakta. Bahkan sebaliknya, Amerika Serikat justru memberikan subsidi besar untuk biodiesel kedelainya.
Source : Indonesiakita.or.id