Riset-Inovasi Bawa Sawit Naik Kelas Menjadi Raja Hilir Dunia

Riset-inovasi sawit yang berkelanjutan akan menghasilkan lompatan-lompatan inovasi yang akan membawa Indonesia naik kelas dari “raja” CPO dunia saat ini, menjadi “raja” oleofood, biopelumas, biosurfactant, bioplastik dan biofuel dunia ke depan

Sejarah kemajuan abad modern membuktikan bahwa riset merupakan bagian penting bahkan menjadi driver bagi kemajuan yang membawa berbagai kemajuan pada seluruh aspek kehidupan. Revolusi industri terjadi dalam periode 1760-1814 (Allen, 2009) yang membawa revolusi kemajuan kehidupan dunia, dipicu oleh inovasi-inovasi yang dihasilkan riset. Demikian juga revolusi hijau (green revolution) dalam perode 1950-1980 (Pingali, 2012) yang membebaskan masyarakat dunia dari ancaman kelaparan, juga hasil inovasi teknologi dan kelembagaan pertanian. Riset-inovasi menjadi tulang punggung pembangunan dan menentukan keberhasilan industrialisasi (Wicken, 2007; OECD, 2012).

Keberhasilan mengembangkan 4 berondol kepala sawit yang ditanam di Kebun Raya Bogor (1848), menjadi usaha kebun sawit komersial (1911), menjadi 11.6 juta hektar kebun sawit Indonesia (2016) bahkan menjadi Megasektor sawit saat ini, adalah hasil dari riset yang berkesinambungan.

Para periset sawit mulai dari AVROS (1916-1957) kemudian menjadi Research Institute The Sumatera Planters Association/RISPA (1957-1968), lalu menjadi Balai Penelitian Perkebunan Medan/BPPM (1968-1987) kemudian menjadi Pusat Penelitian Perkebunan (1987-1993) dan sejak tahun 1993-sampai sekarang menjadi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) telah banyak menghasilkan inovasi-inovasi yang membawa revolusi sawit Indonesia seperti saat ini.

Dukungan riset dan periset sawit belum selesai dan tidak akan pernah berakhir. Tahap industrialisasi sawit Indonesia ke depan akan digerakkan oleh inovasi (innovation-driven) dalam berbagai aspek, baik di hulu maupun ke hilir. Inovasi di sektor hulu akan menjadi penggerak peningkatan produktivitas dari 4 ton/ha menjadi 8-10 ton/ha. Kegiatan riset pada sektor hilir secara multidisiplin diharapkan mempercepat pendalaman hilirisasi industri sawit nasional sehingga dihasilkan berbagai jenis produk-produk hilir dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Pada level riset (invention) dari minyak sawit dan biomas sawit dapat dihasilkan ratusan produk baik oleofood complex, oleokimia complex maupun biofuel complex (MPOB, 2017). Melalui riset-inovasi bisnis diharapkan dapat merubah invention tersebut menjadi inovasi produk-produk baru.

Pada jalur hilirisasi oleofood complex, kegiatan riset diharapkan menghasilkan bahan pangan yang lebih beragam dan aplikasi yang lebih luas. Pada jalur hilirisasi oleokimia complex, melalui kegiatan riset-inovasi diharapkan mampu menghasilkan bioplastik dari bomas sawit yang kompetitif untuk mengganti petroplastik yang tidak ramah lingkungan dan kita impor sekitar 5 juta ton per tahun. Menghasilkan biopelumas (biolubricant) yang kompetitif untuk menggantikan petropelumas yang kita impor setiap tahun. Dan menghasilkan biodetergen (biosurfactant) untuk menggantikan petrodetergen dan seterusnya.

Pada jalur hilirisasi biofuel complex pada saat ini sudah menghasilkan biodiesel pengganti petrodiesel/solar. Diharapkan melalui kegiatan riset-inovasi mampu membawa industri sawit nasional mengolah lebih lanjut minyak sawit dan biomas sawit untuk menghasilkan biopremium, bioavtur, dan seterusnya. Sehingga ketergantungan pada energi fosil yang tidak ramah lingkungan (non renewable energy) dapat dikurangi.

Riset-inovasi sawit yang berkelanjutan akan menghasilkan lompatan-lompatan inovasi yang akan membawa Indonesia naik kelas dari “raja” CPO dunia saat ini, menjadi “raja” oleofood, biopelumas, biosurfactant, bioplastik dan biofuel dunia ke depan.

Source : Sawit.or.id

EnglishIndonesia