
Ketum GAPKI : Uraikan Keunggulan Minyak Sawit Dalam Forum Bisnis Indonesia-Chile
Pemerintah Indonesia dan Chile telah menandatangani perjanjian Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA). Perjanjian bilateral ini ditandatangani langsung oleh Menteri Perdagangan (Mendag) RI Enggartiasto Lukita dengan Menteri luar negeri Chile Heraldo Munoz, di kantor Kementerian Luar Negeri Chile pada 14 Desember 2017.
“Penandatanganan IC-CEPA Ini sesuai target pemerintah kedua negara untuk menyelesaikan perundingan di tahun 2017,” jelas Mendag Enggar seperti dilansir laman resmi Kementerian Perdagangan.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Arlinda juga menyampaikan, memanfaatkan momentum penandatanganan IC-CEPA ini, Mendag sekaligus memimpin misi dagang selama tiga hari. Rangkaian kegiatan misi dagang meliputi pertemuan bilateral, Forum Bisnis Indonesia-Chile, One-on-One Business Matching, kunjungan ke beberapa importir, dan pertemuan bisnis lainnya.
“Misi dagang ini menjadi kesempatan bisnis bagi Indonesia dan Chile untuk bersinergi dan berkolaborasi sehingga hubungan bisnis kedua negara menjadi lebih kuat,” jelas Arlinda.
Dalam Forum Bisnis Indonesia-Chile, Ketua Umum GAPKI, Joko Supriyono menjadi pembicara untuk menguraikan keunggulan minyak sawit. “Saya bicara mengenai industri sawit dan aspek kesehatan minyak sawit,” kata Joko Supriyono dalam layanam pesan melalui WhatsApp, Jumat, 15 Desember 2017.
Joko Supriyono mengatakan ekspor sawit Indonesia ke Chile mengalami penurunan sepanjang empat tahun terakhir. “Nilainya masih kecil. Kompetitor kita adalah Malaysia yang lebih banyak suplasi sawit,” ujarnya
Dengan CEPA, menurut Joko, ada peluang ekspor palm oil ke Chile meningkat.” Dengan CEPA ini semoga bisa mendorong ekspor karena harusnya tarif masuk chile menjadi 0%,” ujarnya.
Dalam kunjungan kerja Menteri Perdagangan ke Santiago, Chile, membawa dua agenda utama pada 13-15 Desember 2017. Agenda tersebut yaitu menandatangani perjanjian Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA) dan memimpin misi dagang.
Inisiasi perundingan IC-CEPA dimulai pada tahun 2006 setelah melalui proses Joint Study Group. Saat itu Indonesia dan Chile sepakat memulai putaran negosiasi IC-CEPA. Perundingan dilaksanakan secara bertahap dimulai dari Perdagangan Barang. Negosiasi diintensifkan sejak Februari 2017 dan berhasil diselesaikan pertengahan November 2017 lalu.
Selama ini belum banyak pelaku usaha Indonesia yang memahami pasar Amerika Latin. Untuk itu, Pemerintah perlu mendorong agar kontak dagang semakin diintensifkan. Misi dagang ke Chile membawa tujuh pelaku usaha mencakup sektor kelapa sawit, biodiesel, kendaraan dan peralatan militer, furnitur dan dekorasi rumah, serta jasa keuangan.
Kinerja perdagangan Indonesia-Chile pada tahun 2016 sebesar 227,2%. Sedangkan pada periode Januari-September 2017 total perdagangan mencapai USD 218,8 juta. Nilai ini meningkat 27% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD 175,8 juta.
Komoditas ekspor Indonesia ke Chile tahun 2016 yakni alas kaki, pelindung kaki dan sejenisnya (USD 45,6 juta), mesin, peralatan mekanis, reaktor nuklir, boiler senilai (USD 14 juta). Lalu untuk pakaian dan aksesoris pakaian, rajutan (USD 10,1 juta), mesin-mesin listrik dan peralatan, Sound Recorder dan reproducers, televisi (USD 8,5 juta), pakaian dan aksesoris pakaian, bukan rajutan (USD 6,3 juta).
Sedangkan komoditas impor Indonesia dari Chile untuk tahun 2016 yaitu tembaga dan artikel (USD 21,3 juta), pulp kayu atau bahan selulosa berserat; pulih (limbah dan memo) kertas (USD 12,6 juta), residu dan limbah dari industri makanan; pakan hewan (USD 11,4 juta); buah-buahan dan kacang-kacangan, jeruk atau melon (USD 11,4 juta); lemak nabati dan minyak (USD 5,4 juta).
Source :