Skip to content

Harapan Pasar Alternatif Biodiesel Amatlah Luas

Produsen biodiesel Indonesia berharap dapat membuka pasar alternatif berkaitan dengan hambatan masuk ke pasar Uni Eropa dan Amerika Serikat. Selain perluasan pemakaian biodiesel di sektor pertambangan, kereta api, dan alat utama sistem persenjataan, produsen dan pemerintah berupaya membuka pasar potensial di luar negeri, antara lain China dan Jepang.

Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan di Jakarta, Senin (22/1), menyebutkan, ekspor biodiesel sawit ke Eropa pernah menyentuh angka 1,8 juta kiloliter dan ke Amerika Serikat 400.000 kiloliter. Namun, ekspor terus turun karena tuduhan dumping dan subsidi atas produk biodiesel Indonesia.

Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), mengutip Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute, dampak kebijakan Uni Eropa merugikan Indonesia. Sejak bea masuk dikenakan pada 2013, nilai ekspor biodiesel dari Indonesia ke Uni Eropa turun dari 635 juta dollar AS pada 2013 menjadi 9 juta dollar AS pada 2016.

Ekspor ke Uni Eropa dan AS bakal semakin anjlok, bahkan tertutup, karena bea masuk semakin tinggi. Oleh karena itu, pengembangan dan penjajakan pasar alternatif sangat penting untuk menjamin kelangsungan usaha petani dan perusahaan kelapa sawit.

Menurut Paulus, Uni Eropa, berdasarkan pengaduan European Biodiesel Board, menuduh perusahaan Indonesia yang mengekspor biodiesel ke Eropa mendapat subsidi pemerintah. Kasus subsidi telah dihentikan Uni Eropa pada 2013, tetapi Uni Eropa kemudian menuduh perusahaan Indonesia melakukan dumping.

Pasar lokal

Sejumlah perusahaan asal Indonesia lalu mengadukan tuduhan itu ke pengadilan di Eropa. Perusahaan asal Indonesia menang, tetapi Uni Eropa banding pada 26 November 2017. Pekan lalu, kata Paulus, Uni Eropa mencabut banding itu. Pemerintah Indonesia juga mengadu ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Aduan itu kini masih berproses.

Ketua Umum Aprobi Master Parulian Tumanggor menambahkan, selain perundingan antarnegara, pemerintah dan pengusaha Indonesia juga menggelar kampanye positif sawit Indonesia. Hal lain yang ditempuh adalah meningkatkan konsumsi di dalam negeri.

Bulan ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memulai uji coba pemakaian biodiesel dengan tingkat pencampuran sampai 20 persen (B20) untuk kereta api dan mesin pertambangan. Menurut Paulus, jika sukses, kebutuhan biodiesel untuk kereta api bisa mencapai 400.000-500.000 kiloliter setahun.

Saat ini ada 22 perusahaan produsen biodiesel di Indonesia. Kapasitas produksinya 12 juta kiloliter. Namun, berdasarkan data Aprobi, hingga November 2017, produksi biodiesel mencapai 3,13 juta kiloliter. Sementara serapan dalam negeri 2,35 juta kiloliter dan untuk ekspor 179.000 kiloliter. (MKN)

Kompas | Selasa, 23 Januari 2018

Post View : 505
EnglishIndonesia