Skip to content

Semester I 2018, Pasar Minyak Sawit Indonesia Tertekan

web logo

SIARAN PERS
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)

Semester I 2018, Pasar Minyak Sawit Indonesia Tertekan

Kinerja ekspor minyak sawit Indonesia semester pertama 2018 tertekan. Volume ekspor minyak sawit Indonesia (CPO, PKO dan turunannya termasuk oleochemical dan biodiesel) tercatat hanya mampu mencapai 15,30 juta ton atau turun 2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 15,62 juta ton. Sedangkan khusus untuk volume ekspor CPO, PKO dan turunannya (tidak termasuk oleochemical dan biodiesel) pada semester I 2018, tercatat menurun 6% dari 15,04 juta ton semester pertama 2017 turun menjadi 14,16 juta ton pada periode yang sama 2018.

Sementara itu produksi minyak sawit Indonesia pada semester pertama 2018 telah mencapai 22,32 juta ton. Angka ini menunjukkan peningkatan 23% dibandingkan dengan produksi tahun lalu pada periode yang sama sebesar 18,15 juta ton. Meningkatnya produksi semester pertama 2018 ini terjadi karena faktor cuaca yang mendukung dan pengaruh El Nino pada tahun sebelumnya sudah mulai hilang.

Sementara itu, selama semester I 2018, kinerja ekspor minyak sawit mentah dan turunannya asal Indonesia ke negara tujuan utama kurang menggembirakan terutama di pasar India. Ekspor semester pertama ke India mengalami kemerosotan yang cukup signifikan yaitu sebesar 34% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yaitu dari 3,74 juta ton pada semester pertama 2017 turun menjadi 2.50 juta ton pada periode yang sama tahun ini. Tergerusnya pasar India terutama disebabkan tingginya bea masuk yang diterapkan India untuk minyak sawit dengan alasan untuk melindungi industri refinery di dalam negeri.

Isu deforestasi dan juga kebijakan phase out/penghapusan biofuel berbasis pangan oleh Parlemen Eropa sedikit banyak mempengaruhi pasar minyak sawit Indonesia di Uni Eropa. Semester pertama tahun ini Uni Eropa membukukan penurunan volume impor CPO dan produk turunannya dari Indonesia sebesar 12% atau dari 2,71 juta ton semester I 2017 turun menjadi 2,39 juta ton pada periode yang sama tahun 2018. Penurunan kinerja impor untuk periode yang sama juga dibukukan negara Afrika sebesar 10%.

Pada sisi lain, beberapa negara tujuan ekspor Indonesia, pada semester pertama 2018 ini mencatatkan kenaikan volume impor CPO dan produk turunannya dari Indonesia. Salah satunya China yang mencatakan kenaikan volume impor untuk semester I tahun ini sebesar 343,31 ribu ton atau setara dengan kenaikan 23% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, atau dari 1,48 juta ton naik menjadi 1,82 juta ton. Kenaikan volume impor minyak sawit China karena adanya penurunan pajak pertambahan nilai untuk minyak nabati dari 11% menjadi 10% yang efektif berlaku sejak 1 Mei 2018. Selain itu eskalasi perang dagang antara Negeri Tirai Bambu ini dengan Negeri Paman Sam juga ikut mempengaruhi permintaan minyak sawit mentah dan turunannya. Untuk pertama kalinya sejak perang dagang berlangsung, pada Juni ini China mengimpor biodiesel dari Indonesia. Volume biodiesel yang diimpor cukup signifikan yaitu sebesar 185,86 ribu ton. Diperkirakan jika perang dagang terus berlanjut prospek pasar minyak sawit dan biodiesel ke China akan cerah.

Beralih ke rival perang dagang China, semester pertama 2018 Amerika Serikat juga membukukan kenaikan impor CPO dan produk turunannya dari Indonesia sebesar 68,38 ribu ton setara 13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau dari 542,70 ribu ton naik menjadi 611,08 ribu ton. Ekspektasinya Negeri Adidaya ini dapat meningkatkan permintaan lebih besar lagi dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan industri di sana. Akan tetapi dengan adanya perselisihan dagang dengan China, telah menyebabkan penjualan kedelai AS ke China tersendat sehingga meningkatkan stok kedelai di dalam negeri yang pada gilirannya impor minyak nabati lain akan menjadi berkurang.

Kenaikan impor minyak sawit dari Indonesia pada semester pertama 2018 diikuti oleh Bangladesh sebesar 31%, Paskistan 7%, dan negara Timur Tengah 4%.

Dari sisi harga, sepanjang semester pertama 2018 harga bergerak di kisaran US$ 605 – US$ 695 per metrik ton. Harga CPO global terus tertekan sejak awal Desember 2017 yang sampai semester pertama 2018 tidak pernah menembus US$ 700 per metrik ton. Lesunya harga CPO global karena melimpahnya stok komoditi penghasil minyak nabati di pasar global.

Volume ekspor CPO dan produk turunnya pada Juni 2018 tercatat naik 7% dibandingkan dengan bulan Mei 2018 atau dari 2,14 juta ton naik menjadi 2,29 juta ton. Pada Juni ini, India cukup mengejutkan menaikan impor minyak sawitnya sebesar 95% dibanding dengan bulan sebelumnya atau dari 240,16 ribu ton naik menjadi 467,81 ribu ton. Sebelumnya pada Maret lalu India menaikan tarif bea masuk impor minyak nabati pada tarif tertinggi yang menyebabkan impor minyak sawit terus tergerus cukup signifikan khususnya pada Mei lalu. Jumlah penduduk yang besar dan konsumsi yang tinggi untuk minyak nabati tak dapat dibendung, bea masuk yang tinggi jebol dikarenakan adanya kebutuhan dalam negeri yang harus dipenuhi.

Peningkatan impor CPO dan produk turunannya dari Indonesia pada Juni dibandingkan dengan Mei juga dicatatkan oleh China 35%, Uni Eropa 24%, Amerika 9% dan Pakistan 2%.

Produksi CPO dan PKO pada Juni 2018 diperkirakan turun 7% dibanding bulan sebelumnya atau dari 4,24 juta ton turun menjadi 3,95 juta ton. Meskipun bulan Juni ekspor mengalami peningkatan, namun belum mampu menurunkan stok. Stok minyak sawit terus menunjukan tren naik dan mencapai angka tertinggi pada Juni ini di 4,85 juta ton.

Jakarta, 27 Juli 2018
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)

Informasi lebih lanjut, hubungi:

Ir. Mukti Sardjono, M.Sc
Direktur Eksekutif GAPKI
Tel. 021-57943871, Fax. 021-57943872

Post View : 143
EnglishIndonesia