Skip to content

Kebakaran Hutan Amerika Serikat dan Kebun Sawit

Kawasan Eropa dan Amerika Utara  tidak memiliki kebun sawit kebakaran hutan dan lahan dalam 5 tahun terakhir mencapai  sekitar 4.5 juta hektar. Sedangkan Indonesia memiliki kebun sawit terluas dunia, kebakaran hutan dan lahan hanya sekitar 0.3 juta hektar. Kebakaran hutan dan lahan tidak berkaitan dengan kebun sawit..

Minggu lalu, kebakaran hutan terjadi lagi di New Mexico Amerika Serikat yang melalap sekitar 5 ribu hektar. Kebakaran hutan New Mexico merupakan kebakaran kedua tahun 2016  di Amerika Serikat setelah sebelumnya di daerah Kansas sekitar 148 ribu hektar. Tahun lalu luas hutan yang terbakar di Amerika Serikat tercatat 122 ribu hektar. Bukan hanya di Amerika Serikat yang terjadi kebakaran hutan. Di Kanada,  bulan lalu juga terbakar sekitar 600 ribu hektar hutan dan lahan. Demikian juga di Australia, tahun 2015 terbakar sekitar 461 ribu hektar dan tahun 2016 sampai bulan Juni saja hutan dan lahan terbakar mencapai 170 ribu hektar.

Kebakaran hutan dan lahan di negara-negara maju bukan kejadian baru. Sejak dahulu, negara-negara maju sering mengalami kebakaran hutan dan lahan. Dalam periode 2010-2014 saja hutan dan lahan di Amerika Serikat telah berjumlah 2.3 juta hektar. Di kawasan Eropa pada periode yang sama juga telah terbakar sekitar 1.2 juta hektar hutan dan lahan. Sedangkan di Indonesia pada periode yang sama hanya mencapai sekitar 62.4 ribu hektar. Dan menurut laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan  tahun 2015 yang lalu yang menghebohkan itu luas hutan terbakar hanya sekitar 260.6 ribu hektar.

Data kebakaran hutan dan lahan di berbagai negara tersebut menunjukkan tiga hal. Pertama, luas kebakaran hutan dan lahan dunia yang terluas adalah di negara-negara maju seperti kawasan Eropa dan Amerika Utara, sementara di Indonesia luasnya relatif kecil. Kedua, negara-negara maju yang memiliki segalanya, memiliki teknologi satelit deteksi dini kebakaran hutan, memiliki anggaran yang lebih dari cukup, memiliki organisasi dan pasukan pencegahan dan pemadam kebakaran, masyarakat yang memiliki ethos dan kepedulian pada lingkungan yang tinggi, ternyata gagal mencegah kebakaran hutan dan lahan yang jauh lebih luas dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Ketiga, kebakaran hutan dan lahan ternyata tidak terkait dengan ekspansi kebun sawit seperti yang dikampanyekan LSM selama ini. Kawasan Eropa dan Amerika Utara tidak memiliki kebun sawit, namun mengalami kebakaran hutan dan  lahan yang hampir 10 kali lebih luas dari Indonesia. Sedangkan  Indonesia  yang memiliki kebun sawit terluas di dunia, luas kebakaran hutan dan lahan relatif kecil dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Utara.

Kebakaran hutan dan lahan tentu saja akan menghanguskan biodiversity dan meningkatkan emisi karbon ke atmosfir bumi. Ini sering dilontarkan oleh LSM seperti Greenpeace, WWF, Walhi, dan LSM lainnya. Maka para LSM silahkan menghitung berapa banyak biodiversity yang hilang dan berapa besar emisi karbon dari kebakaran hutan dan lahan yang telah mencapai sekitar 2.3 juta hektar di Amerika Serikat dan 1.2 juta hektar di kawasan Eropa. Pasti jauh lebih besar dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.

Lantas, mengapa para LSM tidak teriak-teriak dan menggugat Amerika Serikat dan Eropa atas kebakaran hutan dan lahan yang maha luas itu? Demikian juga masyarakat Eropa dan Amerika Utara, mengapa kalian tidak mempermasalahkan kebakaran hutan dan lahan yang maha luas dihadapan kalian, dan sangat bernafsu mengkritisi kebakaran hutan dan lahan yang justru relatif kecil di Indonesia? Dan mengapa kalian mengkaitkan kebakaran hutan dan lahan dengan kebun sawit di Indonesia? Mencari “kambing hitam” bukan bagian solusi dari upaya mencegah  kebakaran hutan dan lahan dunia.

Sumber : Indonesiakita.or.id

Post View : 1094
EnglishIndonesia